
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui Direktorat Sumber Daya Manusia kembali menunjukkan keseriusannya dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dengan menggelar acara bertajuk ‘Sosialisasi dan Sharing Strategi Studi Lanjut ke Luar Negeri: Sukses Lulus Beasiswa S-3 Luar Negeri bagi Dosen Unesa.’
Kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 15 Mei 2025 di Auditorium Utama (Auditum) Rektorat Unesa Kampus II Lidah Wetan ini dihadiri ratusan dosen
secara langsung maupun daring melalui Zoom Meeting dan YouTube Official Unesa.
Forum ini menjadi wadah inspiratif sekaligus strategis untuk memperluas wawasan, memperkuat motivasi, dan merumuskan langkah nyata studi lanjut para pendidik Unesa ke jenjang doktoral, khususnya ke luar negeri.
Direktur SDM Unesa, Mohamad Sulton Arifin dalam sambutannya menegaskan bahwa program studi lanjut ini merupakan bagian dari strategi besar dalam mendukung kinerja lembaga sekaligus transformasi institusi.
“Unesa ini sedang menyiapkan fondasi kuat agar dalam 3–4 tahun ke depan, kampus ini dapat panen doktor-doktor berkualitas global,” ujarnya optimis.
Senada dengan itu, Wakil Rektor II, Bachtiar Syaiful Bachri, mengingatkan bahwa kekayaan sebuah perguruan tinggi tidak terletak pada bangunan atau aset material, melainkan pada kapasitas manusianya.
“Unesa ini adalah kampus besar dengan cita-cita besar. Kekuatan kita ada pada sumber daya manusianya. Bapak Ibu sekalian adalah aset yang luar biasa. Kalau SDM-nya hebat, maka lembaganya pun akan menjadi hebat,” ungkapnya di hadapan peserta.

www.unesa.ac.id
Rektor Unesa, Nurhasan atau Cak Hasan menegaskan komitmennya dalam mendukung program studi lanjut dosen. Ia menekankan pentingnya tindak lanjut nyata setelah forum semacam ini.
“Kalau ada dosen yang diterima di luar negeri tapi hanya UKT-nya yang dibiayai, saya siap bantu carikan anggaran untuk biaya hidupnya,” tegasnya, menekankan dukungannya kepada para dosen.
Dukungan nyata dari rektor ini menunjukkan bahwa dosen Unesa yang belajar di luar negeri tidak dibiarkan berjuang sendiri. Mereka didampingi, dibantu, dan diberikan ruang untuk tumbuh sehingga kelak bisa kembali dengan membawa perubahan besar bagi institusi.
Sesi berbagi pengalaman diisi oleh para dosen Unesa yang saat ini sedang menempuh studi doktoral di berbagai belahan dunia. Mereka hadir secara daring dan memberikan semangat serta strategi praktis kepada para kolega di tanah air.
Salah satunya adalah Nur Syahadati Retno Panenggak, yang kerap disapa Ega ini sedang menempuh studi di Kumamoto University, Jepang. Ia membagikan pengalaman adaptasinya dengan budaya akademik Jepang yang disiplin dan penuh dedikasi.
“Kunci utama adalah persiapan. Jangan hanya fokus pada TOEFL, tapi juga pelajari budaya akademik negara tujuan. Mentalitas kita harus siap bersaing dan mandiri,” ujarnya.

www.unesa.ac.id
Dari Rusia, Langen Nidhana Meisyalla yang sedang menjalani studi di Lobachevsky State University of Nizhni Novgorod, mengaku banyak tantangan yang ia hadapi, terutama dalam memahami sistem birokrasi dan bahasa.
“Namun, semua itu jadi pengalaman berharga. Yang penting jangan menyerah. Selalu update peluang beasiswa dan jangan takut apply meskipun merasa belum sempurna,” katanya menyemangati.
Sementara itu, Muhammad Nurul Ashar, yang kini studi di The University of Sydney, Australia, menyoroti pentingnya jaringan dan komunitas selama proses studi.
“Cari komunitas pelajar Indonesia di sana, mereka akan sangat membantu. Dan satu lagi, jangan lupa jaga kesehatan mental, karena studi S3 bukan hanya soal akademik, tapi juga soal ketahanan diri,” pesannya.
Selain sesi inspiratif dari para penerima beasiswa, acara ini juga menghadirkan pemaparan materi dari para ahli yang membekali peserta dengan strategi konkret menembus beasiswa S3 luar negeri.
Dalam paparannya, Slamet Setiawan menekankan pentingnya kesiapan akademik dan administrasi sebagai kunci utama lolos beasiswa. Ia menjelaskan bahwa proposal riset yang solid dan sesuai dengan fokus universitas tujuan merupakan elemen yang sangat krusial.

www.unesa.ac.id
“Jangan hanya menulis tema yang kalian suka, tapi juga lihat prioritas riset di universitas tujuan. Kesesuaian ini akan memperbesar peluang diterima,” jelasnya.
Sementara itu, Onny Fransinata Anggara memaparkan pentingnya kesiapan psikologis dalam proses seleksi beasiswa. Menurutnya, banyak kandidat gagal bukan karena kemampuan akademik, tetapi karena kurangnya ketahanan diri dalam menghadapi tekanan.
“Beasiswa S3 bukan hanya tentang pintar, tapi juga tentang tahan banting. Kalian akan menghadapi banyak tantangan, termasuk penolakan dan stres yang tinggi,” ujarnya.
Materi terakhir disampaikan oleh Susan Tjong, Direktur Sales & Training Sun Education Jakarta, yang memberikan gambaran luas tentang berbagai peluang beasiswa S3 luar negeri.
Ia menjelaskan bahwa setiap negara memiliki skema beasiswa dengan karakteristik yang berbeda, dan penting bagi calon pelamar untuk memahami mekanisme serta kultur pendidikan masing-masing.
“Ada banyak peluang yang terbuka, tapi kuncinya adalah informasi. Siapa yang lebih cepat dan lebih siap, dialah yang berpeluang lebih besar,” ujar Susan. ][
***
Reporter: Prismacintya (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: