
Ketua tim peneliti sekaligus dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Unesa, Muchamad Arif Al Ardha memperagakan cara menggunakan Hand-Held Dynamometer (Handem).
Unesa.ac.id. SURABAYA—Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, dengan 90-95% kasus didominasi oleh hipertensi esensial, yang tidak disadari penderitanya. Melansir laman Kemenkes RI, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi penyebab kematian di Indonesia dengan persentase 10,2%.
Melihat tingginya angka tersebut, diperlukan edukasi tentang faktor risiko, termasuk cara pencegahan dan deteksi dini hipertensi. Untuk itulah, tim dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari Muchamad Arif Al Ardha, Dzulkiflih, dan Wahyu Dwi Kurniawan merancang Hand-Held Dynamometer (Handem).
Handem hadir sebagai alat multifungsi yang mampu mengukur kekuatan otot manusia dan mendeteksi gangguan seperti hipertensi dan stroke. “Alat ini kami kembangkan sebagai solusi alternatif deteksi dini sekaligus rehabilitasi hipertensi,” terang Ardha, ketua tim peneliti Handem.
Menurut dosen pengampu mata kuliah Biomekanika Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) itu, kekuatan otot berkorelasi erat dengan kondisi tekanan darah. Ketidakseimbangan kekuatan otot menjadi salah satu indikator adanya gangguan sistem kardiovaskular.
Di sinilah peran Handem, memanfaatkan prinsip kinetika gerak untuk mengukur gaya otot yang bisa diakses secara praktis, tanpa perlu ke laboratorium. "Handem bisa digunakan di rumah, di sekolah, bahkan di lapangan. Bentuknya ringkas dan mudah dibawa. Kami ingin alat ini mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat," imbuh Ardha.
Handem bukan hasil kerja semalam, tetapi melalui riset bertajuk “Hand-Held Dynamometer (Handem) sebagai Solusi untuk Alat Kesehatan Hingga Membantu Mencegah dan Rehabilitasi saat Hipertensi.”
Proses pengembangannya melibatkan kolaborasi strategis antara tim Unesa dan mitra industri Cahaya Berkah Gusti melalui skema Kedaireka. Konsep dirancang oleh tim peneliti, lalu diterjemahkan ke dalam bentuk prototipe oleh mitra industri. Proyek ini berlangsung dua tahun, dengan lokasi pengujian di Surabaya dan Sidoarjo.
“Buat prototipe saja itu waktunya satu tahun. Lalu untuk pengembangan dan uji validasi juga satu tahun. Untuk uji coba dilakukan secara sistematis di berbagai bidang, mulai dari kesehatan, olahraga prestasi, hingga pendidikan,” kata Ardha.
Handem sudah dikenalkan melalui pameran dalam dan luar negeri. Bahkan, mendapat apresiasi dari ASEAN Council of Physical Education and Sport dalam ajang International Conference on Physical Education di Malaysia, 2024 lalu.
Handem tidak akan berhenti di penghargaan semata, tetapi tim peneliti memiliki rencana berkelanjutan. Alat ini akan diupayakan untuk diproduksi secara massal, baik dalam skala nasional maupun internasional. Sayangnya, lanjut Ardha, karena keterbatasan dana, membuat produksi dan pemasaran belum maksimal.
“Saya berharap alat ini tidak hanya mendapat dukungan Unesa, tetapi juga mitra. Dan harapannya alat ini dapat menjadi solusi dalam berbagai bidang, khususnya kesehatan, olahraga prestasi, dan pendidikan” pungkas Ardha.[]
***
Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Dok Peneliti Handem
Share It On: