
Pakar seni dan budaya Unesa, Trisakti menekankan bahwa momentum Hari Tari Sedunia ini meneguhkan gerak tari sebagai bahasa universitas untuk membangun kebersamaan lintas budaya.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Peringatan Hari Tari Sedunia, 29 April 2025 menjadi momen refleksi sekaligus memperkokoh eksistensi seni tari tradisional di tengah tantangan arus globalisasi.
Kasubdit Pusat Unggulan Seni dan Budaya Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Trisakti menekankan, Hari Tari Sedunia menjadi momentum untuk menjadikan gerak tari sebagai bahasa universal dan kebersamaan tanpa memandang perbedaan latar belakang dan budaya.
“Dengan bahasa gerak, tari dapat menyatukan banyak orang dari latar belakang yang berbeda. Ada proses emosional yang terbentuk dalam setiap gerak yang diciptakan bersama,” ujar Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) itu.
Menurutnya, seni tari yang berbasis tradisional saat ini menghadapi dinamika yang tidak sederhana. Di tengah derasnya arus modernisasi, peluang tampil bagi tari-tari tradisional semakin terbatas. Hal ini menjadi tantangan utama bagi generasi muda untuk tetap menjadikan seni tradisional relevan di masa kini.

Tim PUI Seni Budaya Unesa menampilkan tari lerok lelono dalam pagelaran Indonesian Cultural Nights atau ICN di Bangkok, September 2024 lalu.
Meski demikian, dosen pengampu mata kuliah Seni Budaya itu melihat adanya potensi positif dari perkembangan teknologi digital. Keberadaan media sosial, menurutnya, mampu mempermudah akses generasi muda terhadap konten tari tradisional yang sebelumnya sulit dijangkau.
Sehingga hal ini menjadi peluang untuk membangun kembali ketertarikan terhadap seni-seni berbasis kearifan lokal.
“Berbeda memang dengan belajar langsung dari para praktisi di lapangan. Tapi kita tidak bisa menolak kenyataan bahwa lewat media sosial, seni tari tradisional kini bisa menjangkau panggung internasional,” tambahnya.
Kontribusi Unesa
Ia melanjutkan, Unesa berkomitmen untuk terus menghidupkan seni-budaya bangsa, termasuk tari sehingga terus relevan dengan perkembangan zaman. Komitmen tersebut di antaranya dapat dilihat dari PUI Seni Budaya, yang khusus memajukan bidang seni-budaya di Unesa.
PUI Seni budaya memiliki tujuan untuk melestarikan, mengembangkan dan memperkenalkan seni budaya tradisional sebagai warisan kekayaan budaya bangsa kepada masyarakat Indonesia maupun masyarakat mancanegara.
Selain itu, juga melalui Prodi S-1 Pendidikan Seni, Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik). Pun, dengan berbagai kegiatan pengembangan seni, terus mendorong peningkatan jumlah mahasiswa yang menekuni bidang seni tari.
Komitmen ini tidak lepas dari keyakinan bahwa seni merupakan bagian dari keterampilan yang tidak tergantikan oleh teknologi. Selain itu, seni tari merupakan identitas bangsa, yang harus terus hidup dan menggema di panggung internasional.

MENDUNIA: Mahasiswa Unesa membuka kelas tari di Malaysia. Hasilnya, mereka memperagakan tari remo dan tari gambyong bersama mahasiswa dan warga Malaysia, November 2024 lalu.
Itulah yang diupayakan Unesa, mengeliatkan seni tari di kalangan muda, dan membawa seni tari hingga ke pentas dunia melalui berbagai program kelas tari tradisional di Malaysia misalnya.
“Kami juga kerap tampil di panggung internasional, misalnya dalam pagelaran Indonesian Cultural Nights atau ICN di Bangkok September 2024 lalu, mengajarkan tari Jawa Timur di Malaysia, hingga Tiongkok,” bebernya.
Trisakti juga menyampaikan bahwa semangat peringatan Hari Tari Sedunia di tahun ini menjadi pengingat akan pentingnya kolaborasi dalam berkarya.
Dengan berkumpul dan menciptakan karya tari secara kolektif, menurutnya, akan tumbuh kreativitas yang membawa pesan kerukunan dan perdamaian dalam masyarakat.
Akademisi kelahiran Kota Pahlawan itu berharap melalui Hari Tari Sedunia ini memperkuat kreativitas dan inovasi Unesa dalam berkarya, sehingga seni di Unesa akan terus tumbuh berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. [*]
***
Reporter: Saputra (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: