
Guru yang telah menerapkan pembelajaran inovatif ataupun kinerja praktisi pendidikan yang lain tentu mempunyai kewajiban untuk menyebarluaskan pengalaman itu. "Guru harus saling menginspirasi dan memotivasi guru lainnya", ujar Muchlas Samani, Rektor Unesa. Untuk itu, keberlanjutan proses penyebarluasan perlu didukung kesepahaman melalui kerjasama.
Pada kesempatan itu, dilakukan penandatanganan "MoU" tentang "Program Diseminasi Praktik Pendidikan Yang Baik" oleh Stuart Weston (konsultan 'Wapik' Bank Dunia), Prof Muchlas Samani PhD (Rektor Universitas Negeri Surabaya/Unesa), dan Dr Harun MSi MM (Kepala Dinas Pendidikan Jatim).
Jatim merupakan provinsi kedua setelah Papua untuk diseminasi praktik pendidikan yang baik melalui "Wapik", karena beberapa sekolah di Jatim sudah lama bekerja sama dengan lembaga donor asing untuk program pendidikan yang baik, di antaranya Desentralisasi Pendidikan Dasar (DBE) dari USAID.
"Nah, program pendidikan yang baik itu sudah lama dihibahkan oleh Amerika, Australia, dan negara-negara lain, namun diseminasi 'virus' praktik pendidikan yang baik itu kurang masif, karena itu Bank Dunia melibatkan diri untuk diseminasi itu," papar Feiny, konsultan Bank Dunia yang menjadi pemandu lokakarya itu.
Untuk langkah pertama, menurut dia, pihaknya mengumpulkan 62 praktisi dari 11 kabupaten/kota di Jatim yang merupakan "aktor" dari praktik pendidikan yang baik untuk menuliskan berbagi pengalaman dan akhirnya menuliskan pengalamannya itu. "Hasil tulisan itu diunggah ke laman wapikweb.org untuk dibaca dan dipraktikkan oleh guru, kepala sekolah, pengawas, dan staf dinas pendidikan di daerah lainnya, sehingga 'virus' praktik pendidikan yang baik itu akan menyebar di seluruh Jatim," tukasnya.
Setelah itu, katanya, pihaknya akan mendampingi pelatihan serupa pada 11 kabupaten/kota di Jatim selama tiga tahun, di antaranya Bondowoso, Sampang, Probolinggo, Pacitan, dan sebagainya. Senada dengan itu, konsultan "Praktik Pendidikan Yang Baik (Wapik) Bank Dunia, Stuart Weston, menjelaskan Wapik sudah dikembangkan sejak tahun 2010, namun baru melakukan "action" mulai tahun 2012.
"Kami mengajari praktisi praktik pendidikan yang baik untuk menulis dan menjadi agen serupa di daerahnya, sehingga praktik pendidikan yang baik akan dapat dipraktikkan orang lain," ujarnya.
Ia mencontohkan praktik pendidikan yang baik dan sudah ditulis di laman "Wapik" antara lain pembelajaran yang inspiratif, inovasi pengelolaan pendididkan, pembaruan dalam pendidikan guru, pengelolaan RAPBS yang transpran, pelibatan komite, pembuatan sudut baca, jam senyap 15 menit di sekolah, dan sebagainya.
"Semuanya ada di laman Wapik dan tinggal dipelajari untuk dicontoh dan dikembangkan. Untuk hal-hal perlu ditanyakan dapat menghubungi 62 praktisi pendidikan yang menjadi 'agen' kami di daerah," katanya.
"Jadi, gerakan dari praktik pendidikan yang baik akan berawal dari bawah lewat dunia maya (laman), baik tulisan, foto maupun video (youtube), lalu menyebar ke seluruh Jatim dan bahkan seluruh Indonesia," kata guru besar yang juga Koordinator Pengawas UN Jatim itu. (Suyatno-Humas)
Share It On: