
www.unesa.ac.id
Ojhung merupakan ritual atau upacara adat yang dilakukan sebagai permohonan turunnya hujan, namun seiring berjalannya waktu, seni Ojhung berkembang menjadi kesenian tradisional untuk acara hiburan dan permainan masyarakat. Ojhung merupakan seni pertarungan dengan saling memukul dan menangkis anggota badan lawan dengan menggunakan sebuah rotan yang ditengahi atau dipandu oleh seorang wasit. Kesenian ini menonjolkan kekuatan fisik dari pemainnya.
Ojhung dimainkan oleh dua orang pemain dalam satu kali pertandingan. Dalam satu kali pertunjukkan Ojhung biasanya terdiri dari 3 – 5 kali pertandingan. Ojhung hanya boleh dimainkan oleh laki-laki, dengan usia minimal 16 tahun.
Ojhung dimainkan setiap hari Selasa, pada bulan Desember – April. Ojhung paling banyak dimainkan di Desa Batuputih Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep.
Satu minggu sebelum kegiatan Ojhung, pemain Ojhung melakukan Selamatan setelah Magrib selama satu minggu penuh, untuk memohon keselamatan pribadi pemain dan keselamatan desa.
Melihat keunikan dari Ojhung, mahasiswa Unesa yang tergabung dalam kelompok PKM-PSH, yang terdiri dari Febryansah Gilang, Asha dan Nurul Hidayat menangkap peluang emas untuk mengembangkan Ojhung menjadi destinasi wisata dengan berbasis sport tourism.
Meski dalam pengembangan pariwisata berbasis sport tourism ini agak sulit, tetapi strategi ini harus tetap dijalankan, untuk pengembangan dan pelestarian seni tradisi Ojhung di Sumenep.
Share It On: