![](/images/foto-09-10-2022-03-30-11-7842.png)
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan Kemendikbudristek Republik Indonesia memberikan warna baru bagi dunia perkuliahan. Program-program yang diluncurkan membebaskan mahasiswa mengikuti kegiatan belajar di luar bangku kuliah atau bahkan di luar disiplin ilmu.
Salah satu program MBKM tersebut yaitu KKN Kebangsaan. Lewat program ini, para mahasiswa yang memprogramkannya termasuk Universitas Negeri Surabaya terjuan ke berbagai daerah. Salah satunya ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada April-Agustus 2022. Total ada lima mahasiswa UNESA yang terjun ke sana. Mereka berkolaborasi dengan tim kampus lain se-Indonesia dengan Universitas Palangkaraya sebagai tuan rumahnya.
Adapun lima mahasiswa yang dimaksud yaitu Muafi Fathi Rizki (Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, 2020), Aditya Nindya Atmaja (Ilmu Keolahragaan, 2019), Muhammad Salman Al Farizi (Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, 2019), Muhammad Zaini Abdullah (Pendidikan Sejarah 2019), dan Muhammad Rifki (Pendidikan Sejarah, 2019).
Muafi Fathi Rizki mengatakan bahwa di sana mereka membentuk kelompok campuran dari berbagai universitas yang menerapkan program di dua lokasi yang dijadikan tempat KKN. Yaitu Kabupaten Kapuas dan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau. Muafi tergabung ke dalam kelompok penempatan di Pandih Batu sementara empat mahasiswa UNESA lainnya di Kabupaten Kapuas.
Akses Rawan Banjir dan Berlumpur
Pandih Batu, merupakan salah satu dari delapan kecamatan di Kabupaten Pulang Pisang. Kabupaten ini, lanjutnya termasuk kawasan pinggir yang langsung berhadapan dengan laut Jawa di sisi selatan. Khusus di kecamatan Pandih Batu, rata-rata desanya belum berkembang dan cukup jauh dari ‘perkotaan’. Akses jalan masih berupa tanah padat dan di musim hujan rawan terjadi banjir dan jalanan menjadi lumpur.
Akses ke lokasi KKN kelompok Muafi harus menembus perkebunan sawit. Kalau malam cukup sunyi dan gelap. “Di Pandih Batu rata-rata desa yang ada merupakan desa transmigrasi tahun era presiden Soeharto,” jelasnya.
“Ekspektasinya saya ke sana bisa bertemu teman-teman Suku Dayak. Ternyata gak, saya malah bertemu dengan masyarakat desa yang warganya menggunakan bahasa ‘Jawa Ngapak’. Sangat unik sih. Di Kalimantan tetapi bahasa yang digunakan Jawa,” bebepnya.
Karena latar belakang dan sisi bahasa masyarakat setempat yang seperti itu, membuat Muafi dan teman-teman KKN-nya yang dari pulau Jawa mudah beradaptasi.
Bantu Pemerintah Capai Target
Dari pusat, lanjutnya, program yang mereka jalankan yaitu "Food Estate" yang merupakan program jangka panjang pemerintahan Indonesia untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Program Food Estate ini memiliki konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi.
Selain itu, mereka juga menyusun program sendiri berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat di sana. Program mereka yaitu, pertama, pengolahan ikan asap. Ini sesuai dengan mata pencaharian dan kegemaran masyarakat yang gemar mencari ikan baik itu lewat mancing maupun jarring. Kedua, sosialisasi-edukasi stunting. Ini dilakukan untuk menekan angka stunting sekaligus untuk mendukung target pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Ketiga, sosialisasi-edukasi pengolahan sampah di sekolah tingkat dasar. Tujuannya untuk mengajak masyarakat pola hidup bersih dan sehat lewat kebiasaan membuang, memilah dan mengolah sampah menjadi bahan berdaya guna dan berdaya jual. Keempat yaitu pembuatan pupuk dan pestisida organik. Kelima, sosialisasi branding desa dan membantu membranding desa berbasis digital.
![](/images/foto-09-10-2022-03-30-43-8656.png)
www.unesa.ac.id
Data dan Digitalisasi Desa
“Selain itu juga ada program penghijauan untuk menjaga kelestarian di kawasan desa. Lalu, kami juga ajak pengusaha untuk mendata lokasi usaha mereka agar masuk Google Maps,” terangnya. “Tim terlibat di semua program, saling kolaborasi. Tetapi masing-masing juga fokus seperti saya di bagian sosialisasi branding desa. Ini sesuai bidang ilmu saya di prodi. Kami gandeng taruna sana dan perangkat desa. Juga bantu branding desa, membuatkan video profil desa,” tambahnya.
Dia juga membantu mendata dan peng-update informasi desa ke laman Wikipedia agar bisa diakses secara digital. “Kawasan Pandih Batu saja ada sekitar 16 desa. Semuanya bertahap kami data dan kumpulkan informasinya mulai dari profil desa, sejarah desa, jumlah pendudukan dan lain-lain,,” ungkapnya. “Semoga peran dan kontribusi kami bisa bermanfaat untuk masyarakat setempat. Saya sendiri banyak pengalaman menarik, kesannya luar biasa, saya belajar banyak hal di sini,” tutup Muafi. [HUMAS UNESA]
Penulis: Nabila Arum
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim KKN Kebangsaan UNESA
Share It On: