www.unesa.ac.id
Dapat diketahui dalam beberapa waktu ini intensitas bencana yang ada di Indonesia mulai bergejolak. Ada dua materi yang diberikan dalam kegiatan ini yakni cara menghadapi terjadinya bencana gempa bumi serta cara mencegah dan penanggulangan kebakaran.
Gempa bumi yang mendera Indonesia tidak dapat dihindari karena Indonesia sendiri merupakan kepulauan yang dihadang oleh tiga lempeng bumi yang terindikasi mudah terkena bencana gempa bumi. Untuk itu Unesa bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Kota Surabaya memberikan edukasi cara menghadapi bencana gempa bumi khususnya di dalam sebuah gedung tinggi.
Arif Sunandar selaku perwakilan dari BPB Kota Surabaya menjelaskan bahwa Surabaya dapat terdeteksi sebagai daerah yang bisa terkena bencana gempa bumi. Walaupun potensi terjadinya gempa di Surabaya kecil, namun masyarakat harus tetap waspada. Arif dalam penjelasannya memberikan tips apa yang harus dilalukan oleh masyarakat jika terjadi gempa.
“yang pertama adalah harus mengetahui bagaimana cara melindungi diri dari situasi gempa, yang kedua cara evakuasi, dan yang ketiga adalah memberikan bantuan untuk korba gempa,” terang Arif.
Masyarakat diharapkan tidak panik jika terjadi gempa. Langsung menuju jalur evakuasi dan keluar gedung. Jika tidak memungkinkan dapat berlindung di bawah meja dan menghindari benda-benda yang mudah pecah. Untuk itu bagi gedung-gedung tinggi seperti rektorat ini dianjurkan untuk memiliki strutur tim tanggap bencana.
Selain tanggap bencana dalam kegiatan ini juga memberikan edukasi bagaimana menghindari dan penanganan kebakaran yang tepat. Kebakaran salah satu ancaman yang dapat memakan korban jiwa. Untuk itu sosialisasi dan simulasi seperti ini perlu dilaksanakan sebagai upaya mencegah dan mengurangi dampak dari kebakaran tersebut.
Kali ini Unesa menghadirkan salah satu anggota dari Dinas Pemadam Kebakaran Kebakaran Kota Surabaya. Purwo Nugroho dari Damkar Kota Surabaya menjelaskan untuk seluruh karyawan rektorat harus mengetahui dan mengidentifikasi tempat-tempat mana saja yang berpeluang munculnya api.
“Kebakaran timbul dari api yang kecil dan menjalar ke api yang besar. Untuk itu perlu adanya identifikasi tempat-tempat mana saja yang dapat menimbulkan api,” ungkap Purwo.
Selain itu dalam sosialisai ini perlu adanya analisis kerentanan kebakaran serta sistem proteksi kebakaran dalam gedung telah memenuhi standart apa belum.
Kegiatan ini ditutup dengan simulasi penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai upaya penanganan dini terjadinya kebakaran. (why/tni)
Share It On: