RSS Feedhttps://www.unesa.ac.id/RSS Feedid-idwww.unesa.ac.idTue, 08 Apr 2025 17:36:12feed_domain (info@unesa.ac.id)7823Mahasiswa Psikologi Unesa Dinobatkan sebagai Duta GenRe Indonesia: Misi Ajak Generasi Muda Rencanakan Masa Depan Unesa.ac.id. SURABAYA— Di balik sosoknya yang ramah dan jiwa sosial yang tinggi, Tesalonika Kusumawardani, mahasiswi Prodi S-1 Psikologi, Fakultas Psikologi (FPsi), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), menyimpan sederet prestasi membanggakan. Terbaru, ia dinobatkan sebagai Juara 1 Duta GenRe Indonesia 2024, sebuah pencapaian puncak yang diraih berkat talenta dan dedikasinya. Perjalanannya menuju posisi Putri Duta GenRe Indonesia bukan tanpa rintangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah menjalani seleksi Duta GenRe sambil tetap fokus pada pendidikan. "Saat itu banyak yang diseleksi dan itu ketat. Saya harus bisa membagi waktu antara persiapan seleksi dan tanggung jawab akademik, tetapi dengan manajemen waktu yang baik, saya bisa menjalani keduanya," bebernya. Menjadi Duta GenRe Indonesia bukan hanya sekadar titel baginya. Ia menyadari betul tanggung jawab besar yang diemban untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya merencanakan masa depan bagi generasi muda. Bagi mahasiswa angkatan 2024 itu, masa muda adalah fase emas yang tidak boleh disia-siakan. Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan diri dan mewujudkan mimpi. Ia mengajak anak muda untuk menemukan potensi, dan berani mencoba berbagai hal baru. "Masa muda adalah kesempatan untuk mengasah kemampuan dan menghadapi tantangan. Jangan takut gagal, karena itu bagian dari proses belajar," ucapnya. Pengalaman dan kesadarannya selama menjadi Duta Genre telah mengubah pola pikirnya dan memotivasinya untuk menjadi agen perubahan. "GenRe mengubah kehidupan saya, pola pikir saya, bagaimana cara pandang saya terhadap dunia," ujar Tesa. Ia kini memiliki misi mulia yaitu menggerakkan generasi muda untuk memahami dan merencanakan masa depan, membangkitkan kesadaran anak muda mengenai kesehatan reproduksi dan bagaimana membentuk sebuah keluarga berkualitas di masa yang akan datang. Perempuan kelahiran Palu, 15 Februari 2006 itu menceritakan, jauh sebelum menyandang gelar Dua GenRe Indonesia tersebut, ia telah menorehkan tinta manis dalam berbagai bidang. B ahkan, saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Tesa telah mencuri perhatian sebagai penyiar radio termuda di Sulawesi Tengah. Pengalamannya di dunia penyiaran membawanya meraih penghargaan prestisius sebagai penyiar terbaik bidang berita jurnalistik di ajang Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Award 2023. Semangat kompetitif dan keinginan untuk terus berkembang mengantarkan Tesa pada berbagai kejuaraan lainnya. Ia berhasil meraih gelar Juara 1 Mombine Mokobaya Museum Sulteng 2023 dan Juara 1 Duta Genre Sulawesi Tengah. Keberhasilan di tingkat provinsi ini membuka jalannya untuk berkompetisi di kancah nasional, mewakili Sulawesi Tengah dalam ajang Apresiasi Duta dan Jambore Ajang Kreativitas (Adujaknas) 2024 di Bali. Di sinilah, talenta dan kepribadiannya yang memukau berhasil mengantarkannya meraih mahkota Juara 1 Puteri Duta GenRe Indonesia 2024. [*] *** Reporter: Sindy Riska Fadillah (Fisipol) Editor: @zam* Foto: Tesalonika Kusumawardanihttps://www.unesa.ac.id/mahasiswa-psikologi-unesa-dinobatkan-sebagai-duta-genre-indonesia-misi-ajak-generasi-muda-rencanakan-masa-depanTue, 08 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-08-04-2025-03-36-19-5632.pnghttps://www.unesa.ac.id/mahasiswa-psikologi-unesa-dinobatkan-sebagai-duta-genre-indonesia-misi-ajak-generasi-muda-rencanakan-masa-depanBerita Unesa947822Unesa Support Penuh Timnas: Pelatih Fisik U-17 Ingin S-3 di Kampus ‘Rumah Para Juara’ Unesa.ac.id. SURABAYA—Tim Nasional Sepak Bola U-17 Indonesia (Timnas U-17) mencetak sejarah lolos Piala Dunia U-17 2025 setelah mengalahkan Yaman dengan skor telak 4-1 dalam laga kedua Grup C Piala Asia U17 2025 yang berlangsung di Prince Abdullah Al-Faisal Stadium, Jeddah, pada Senin, 7 April 2025. Skuad besutan Nova Arianto tergabung dalam Grup C bersama dengan Korea Selatan, Yaman, dan Afghanistan. Timnas berhasil menyapu bersih 2 laga perdana pada babak penyisihan fase grup tersebut dan memastikan tiket lolos Piala Dunia U-17 2025 di Qatar. Keberhasilan skuad garuda muda merupakan bukti dedikasi dan kerja keras para pemain dan tim pelatihnya. Sofie Imam Faizal, pelatih fisik Timnas U-17 merupakan salah satu yang turut berkontribusi membawa timnas lolos piala dunia. Demi membawa timnas mencapai target tersebut, pria yang akrab disapa Sofie itu terus membersamai skuad garuda muda, bahkan sampai harus merayakan lebaran di Arab Saudi jauh dari keluarga. “Meski bisa komunikasi, tetap saja lebaran jauh dari rumah itu rasanya berbeda. Ini jadi motivasi tersendiri, karena untuk mewujudkan sesuatu yang besar perlu pengorbanan,” ucapnya. Sebagai pelatih fisik, tugasnya tentu menantang. Tidak hanya untuk memastikan keberhasilan timnas U-17 ke depan, tetapi juga memastikan pattern atau sistem peningkatan performa pemain yang berkelanjutan sehingga mampu membuka jalan keberhasilan tim sepak bola Indonesia ke depan. Untuk itu, Sofie bertekad untuk terus memperkuat pengalaman dan kompetensinya. “Saya ingin melanjutkan sekolah S3 di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) untuk melengkapi lisensi kepelatihan fisik dan keilmuan olahraga guna menunjang karier saya,” tukasnya. Dwi Cahyo Kartiko, guru besar sekaligus Wakil Rektor Bidang IV Unesa mengapresiasi performa Timnas U-17 yang tampil apik mengalahkan Korea Selatan dan Yaman. Menurutnya, itu merupakan bukti dedikasi dan kerja keras seluruh pemain dan pelatih beserta timnya dalam meracik strategi, mengeksekusi, dan mengembangkan permainan. “Secara keseluruhan, kemenangan atas Yaman bukan hanya sekadar tiga poin, tetapi juga merupakan tonggak sejarah yang membawa Timnas U-17 Indonesia ke panggung dunia dan memberikan harapan baru bagi masa depan sepak bola Indonesia,” ujarnya. Keberhasilan ini mencatatkan sejarah baru bagi sepak bola usia muda Indonesia karena untuk pertama kalinya Timnas U-17 lolos ke Piala Dunia U-17 melalui jalur kualifikasi. Kemenangan ini akan meningkatkan kepercayaan diri para pemain dan tim pelatih untuk menghadapi pertandingan-pertandingan selanjutnya di Piala Asia U-17 dan tentunya di Piala Dunia U-17 nanti. “Kami dan seluruh keluarga besar Unesa terus memberikan dukungan penuh untuk keberhasilan timnas Indonesia. Kami yakin dengan strategi yang tepat, performa yang bagus, dan eksekusi yang juga tepat, serta dukungan yang kuat kita bisa meraih hasil maksimal,” ucap guru besar Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) itu. [Tim Humas Unesa]https://www.unesa.ac.id/unesa-support-penuh-timnas-pelatih-fisik-u-17-ingin-s-3-di-kampus-rumah-para-juaraTue, 08 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-08-04-2025-03-34-22-8163.pnghttps://www.unesa.ac.id/unesa-support-penuh-timnas-pelatih-fisik-u-17-ingin-s-3-di-kampus-rumah-para-juaraBerita Unesa627821Tak Harus Mahal, Dosen FK Unesa Rekomendasikan Cara Memulai Pola Hidup Sehat Unesa.ac.id., SURABAYA—Pentingnya kesehatan memang pada umumnya hanya bisa dirasakan oleh mereka yang pernah atau sedang berbaring di rumah sakit. Untuk itulah, tepat pada Hari Kesehatan Sedunia atau World Health Day (WHD), 7 April 2025 ini, dosen Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengajak untuk memahami pentingnya kesehatan. Dosen FK, Fedelita Aistania Putri, S.Keb., Bd., M.Kes. menerangkan bahwa kesehatan berkaitan langsung dengan pola hidup seseorang. Hal ini secara umum sudah banyak dipahami, tetapi belum banyak yang menjadikan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Indikasi itu bisa dilihat dari kebiasaan hidup banyak orang, yang cenderung menormalisasi kebiasaan begadang hingga larut malam, merokok, konsumsi makanan tanpa pertimbangan, jarang olahraga, dan rebahan sambil main gadget, dan sebagainya. Perilaku tersebut memang tampak kecil, tetapi memiliki dampak yang besar dan berkelanjutan bagi kualitas kesehatan seseorang, baik fisik maupun mental. Seorang wanita usia produktif 20-30 tahun mengonsumsi gula terlalu tinggi dan haidnya tidak teratur, bisa saja mengalami gangguan hormon jika pola hidupnya tidak diperbaiki. Lantas, bagaimana cara membangun pola hidup sehat? Perempuan kelahiran Surabaya itu membeberkan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memulai pola hidup sehat. 1. Pahami pentingnya olahraga dan mulailah berolahraga Olahraga tidak harus yang berat dengan outfit yang mahal-mahal, tetapi bisa dengan yang paling sederhana, jalan atau jogging pagi keliling kompleks. Rutin jalan pagi minimal 15 menit di sekitar rumah sembari menghirup kesegaran udara di pagi hari bisa membantu mengusir radikal bebas. Ini adalah cara termudah untuk menggugah pikiran bahwa olahraga merupakan bagian dari kebutuhan manusia yang tak bisa dipisahkan. “Sebanyak apapun informasi yang diterima ataupun program kesehatan yang dicanangkan, kalau dari pribadinya sendiri belum menyadari hal tersebut penting maka tidak akan terealisasi,” ucapnya. 2. Asupan gizi seimbang Setelah terbiasa rutin berolahraga, cobalah untuk memulai mengatur pola makan yang sehat. Konsumsi makanan dengan nutrisi yang seimbang. Itu dapat membantu tubuh untuk meregulasi dengan baik dan membuat tubuh jadi makin sehat dan bugar. Makan dengan gizi seimbang tidak harus mahal. Dengan berbelanja dan memasak makanan sendiri pengeluaran untuk makan sehat dan seimbang bisa lebih hemat. Kandungan gizi makanan pun akan terjaga kualitasnya. 3. Penuhi kebutuhan cairan tubuh Menerapkan pola hidup sehat memang menjadi hal yang cukup menantang jika lingkungan sekitar ‘tidak mendukung.’ Untuk itu konsistensi mulai dari hal terkecil seperti minum air putih atau mineral sesuai kebutuhan harian tubuh. Bagi yang kebiasaan mengonsumsi minuman manis, bisa diselingi atau perlahan dialihkan dengan mengonsumsi air putih atau mineral. 4. Perkuat motivasi dan konsistensi Konsistensi akan terasa ringan jika seseorang memiliki alasan yang kuat untuk melanjutkan pola hidup sehatnya. Jika ada seratus alasan untuk mageran, maka carilah seribu alasan yang membangkitkan semangat untuk berpola hidup sehat. “Dari langkah kecil yang dilakukan secara konsisten, misalnya jalan pagi, maka sikap untuk menjaga kesehatan tubuh akan semakin meningkat dengan sendirinya ditambah ada alasan kuat yang membuat kita melakukannya,” ucapnya.[*] *** Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS) Editor: @zam* Foto: Freepik.comhttps://www.unesa.ac.id/tak-harus-mahal-dosen-fk-unesa-rekomendasikan-cara-memulai-pola-hidup-sehatMon, 07 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-08-04-2025-04-59-40-0337.pnghttps://www.unesa.ac.id/tak-harus-mahal-dosen-fk-unesa-rekomendasikan-cara-memulai-pola-hidup-sehatBerita Unesa727820Dosen FK Unesa Ingatkan Faktor dan Cara Mengurangi Risiko Penyakit Mematikan di Hari Kesehatan Sedunia Unesa.ac.id., SURABAYA–Hari Kesehatan Sedunia atau World Health Day (WHD) diperingati setiap tanggal 7 April. Pada peringatan tahun ini, World Health Organization (WHO) mengangkat tema ‘Healthy Beginnings, Hopeful Futures.’ Kampanye ini bertujuan untuk mendorong pemerintah dan komunitas kesehatan menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir serta memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan perempuan dalam jangka panjang. Selain itu, juga juga sebagai peringatan akan pentingnya kesadaran untuk memperhatikan beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab kematian seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), kanker, diabetes mellitus, dan penyakit ginjal. Hal tersebut disampaikan dr. Devi Purnamasari Sasongko, M.Biomed, dokter histologi Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Menurutnya, terdapat dua faktor penyebab penyakit mematikan, yakni faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Kenali Faktor Risiko Pertama, faktor yang tidak dapat dikendalikan di antaranya seperti genetik, keturunan atau riwayat keluarga, usia, dan jenis kelamin. Genetik berarti terjadinya mutasi gen pada tubuh seseorang sehingga penyakit itu bisa terbentuk. Selanjutnya, faktor keturunan, yang mana pada dasarnya kelainan yang dimiliki keluarga akan memungkinkan untuk diturunkan ke generasi berikutnya. Kemudian faktor usia. Semakin tua tubuh akan mengalami degenerasi sehingga rentan terkena penyakit. Lalu, jenis kelamin, yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penyakit. Contohnya pria akan lebih rentan terkena penyakit jantung koroner dibandingkan wanita usia subur. Kedua, faktor yang dapat dikendalikan diantaranya gaya hidup, lingkungan, dan tingkat stres. Gaya hidup yang tidak baik seperti pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik dan olahraga, kebiasaan merokok, dan minum alkohol berlebihan bisa memicu lahirnya penyakit mematikan dalam tubuh. Lingkungan dengan polusi udara dan kebersihan yang kurang terjaga bisa meningkatkan potensi untuk mudah terpapar penyakit. Begitu juga jika seseorang mengalami stres dalam waktu yang berkepanjangan, sistem imun akan melemah dan menjadi celah penyakit berkembang. Cara Mengurangi Risiko Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit yang mematikan di dunia. Pertama, pola dan gaya hidup. Menjaga gaya hidup berarti mengatur pola makan sesuai dengan anjuran ‘Isi Piringku’ dari Kemenkes seperti perbanyak konsumsi sayuran, buah, lauk pauk bergizi, hingga pemenuhan air putih tiap hari. Selain itu, penting juga untuk melakukan olahraga dan beraktivitas fisik setidaknya 30 menit per hari, cuci tangan sebelum makan, serta mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebihan. Kedua, menjaga kondisi lingkungan. Biasakan untuk membersihkan tempat tinggal secara berkala dan lakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ketiga, manajemen stres yang baik. Lakukan olahraga ringan, mengatur waktu istirahat, melakukan hobi, relaksasi atau meditasi, bahkan yoga secara rutin untuk mengaktifkan sistem parasimpatis yang dapat menurunkan tingkat stres. Bila perlu, konsultasi pada psikolog untuk manajemen stres yang baik. Dokter Devi menyarankan masyarakat yang sudah menderita salah satu atau kombinasi penyakit di atas untuk mengendalikan pola hidup dengan baik. “Apabila tidak dikendalikan, dalam jangka waktu beberapa tahun dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Karena dengan menjaga kesehatan fisik dan mental, kita bisa memiliki kualitas hidup yang baik,” ujarnya. [*] *** Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS) Editor: @zam* Foto: Freepik.comhttps://www.unesa.ac.id/dosen-fk-unesa-ingatkan-faktor-dan-cara-mengurangi-risiko-penyakit-mematikan-di-hari-kesehatan-seduniaSun, 06 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-07-04-2025-04-45-08-4853.pnghttps://www.unesa.ac.id/dosen-fk-unesa-ingatkan-faktor-dan-cara-mengurangi-risiko-penyakit-mematikan-di-hari-kesehatan-seduniaBerita Unesa1317819Hari Nelayan Nasional: Pakar Unesa Ajak Pemerintah Perkuat Ekonomi Biru sebagai Pilar Ketahanan Pangan Nasional Unesa.ac.id, SURABAYA—Setiap tanggal 6 April, Indonesia memperingati Hari Nelayan Nasional. Peringatan ini menjadi momentum penting untuk mengapresiasi peran nelayan dalam menjaga ketahanan pangan, terutama bagi Indonesia sebagai negara maritim yang kaya akan sumber daya laut. Menyikapi hal tersebut, Prof. Isnawati, Wakil Dekan Bidang Pembelajaran, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kemahasiswaan, dan Alumni Fakultas Ketahanan Pangan (FKP), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengapresiasi peran nelayan selama ini. Ia menegaskan bahwa peran nelayan sangat vital dalam memastikan ketersediaan protein hewani untuk masyarakat Indonesia. Nelayan berperan besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional, utamanya dalam memenuhi pasokan protein hewani dari hasil tangkapan laut. “Namun, sebagian besar nelayan kita masih menggunakan peralatan tradisional dan belum memiliki wawasan tentang keberlanjutan sumber daya laut,” ungkapnya. Menurutnya, praktik penangkapan ikan melalui penggunaan alat yang tidak ramah lingkungan berhadapan langsung dengan persoalan kelestarian lingkungan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Isnawati mendorong adanya pendampingan berbasis edukasi dan teknologi. Salah satunya adalah pengolahan hasil tangkapan yang kurang diminati pasar menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, seperti nugget berbasis ikan dengan kandungan prebiotik alami. “Di Fakultas Ketahanan Pangan Unesa, kami mengembangkan berbagai produk olahan inovatif dari ikan yang kurang diminati, seperti nugget berprobiotik, yang memanfaatkan mikroorganisme indigenous dari ikan untuk kesehatan tubuh,” jelasnya. Peran Pemerintah Lebih jauh, guru besar bidang biorekayasa sumber daya hayati itu menekankan pentingnya kebijakan pemerintah dalam mendukung ekonomi biru yang berkelanjutan. Pemerintah diharapkan memfasilitasi perlengkapan alat modern, termasuk peralatan tangkap yang lebih canggih dan kebijakan zona tangkap yang berpihak pada nelayan kecil. “Banyak nelayan tidak bisa menjangkau perairan lebih dari 12 mil karena keterbatasan alat. Harus ada dukungan agar mereka bisa berdaya saing, karena kontribusi nelayan luar biasa besar untuk ketahanan pangan nasional,” jelasnya. Tantangan lain yang dihadapi nelayan adalah minimnya diversifikasi usaha. Akademisi kelahiran Jombang itu menyarankan agar nelayan tidak hanya mengandalkan tangkapan ikan, tetapi juga mengembangkan usaha lain seperti budidaya rumput laut dan produk perikanan lainnya. Terkait kesejahteraan nelayan, Isnawati menilai bahwa sebagian besar nelayan masih berada di bawah standar kesejahteraan. Oleh karena itu, perlu adanya sinergi antara kebijakan pemerintah, pendampingan akademik, dan penguatan kapasitas nelayan. Maka dari itu, Unesa melalui Fakultas Ketahanan Pangan siap berkontribusi dalam mendukung ekonomi biru dan ketahanan pangan nasional. “Kami mencetak SDM yang tidak hanya paham teori, tetapi juga memiliki keterampilan di bidang perikanan dan kelautan. Kami mengajarkan mereka untuk menerapkan teknologi smart aquaculture, termasuk monitoring kualitas air tambak dan sistem peringatan dini terhadap penurunan kadar oksigen atau kontaminasi,” terangnya. Lebih lanjut ia juga menegaskan pentingnya hilirisasi produk perikanan, mulai dari pengolahan tradisional hingga modern, sebagai langkah strategis meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan nelayan. “Harapan saya, nelayan ke depan menjadi lebih cerdas, terampil, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta memiliki peran di berbagai pilar ketahanan pangan, mulai dari produksi hingga pengolahan,” pungkasnya. [*] *** Reporter: Sindy Riska Fadillah (Fisipol) Editor: @zam* Foto: Freepik.comhttps://www.unesa.ac.id/hari-nelayan-nasional-pakar-unesa-ajak-pemerintah-perkuat-ekonomi-biru-sebagai-pilar-ketahanan-pangan-nasionalSun, 06 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-07-04-2025-04-43-21-0836.pnghttps://www.unesa.ac.id/hari-nelayan-nasional-pakar-unesa-ajak-pemerintah-perkuat-ekonomi-biru-sebagai-pilar-ketahanan-pangan-nasionalBerita Unesa1367818Pendaftar Unesa Jalur UTBK-SNBT 2025 Meningkat, Peserta Diimbau Mempersiapkan Diri Jauh-jauh Hari Unesa.ac.id. SURABAYA—Jumlah peserta yang memilih program studi (prodi) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025 mencapai 47.251 peserta. Mereka akan diseleksi berdasarkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang dilaksanakan pada 23 April 2025 mendatang. Dilihat dari aspek orangnya, angka pendaftar Unesa jalur SNBT tahun ini mencapai 47.251 peserta. Angka itu mengalami kenaikan 8.114 peserta dari tahun sebelumnya. “Pendaftar Unesa tahun 2024 sebanyak 39.137 peserta,” beber Sukarmin, Kasubdit Admisi dan Kelulusan Mahasiswa Unesa, Kamis, 4 April 2025. Dari aspek pilihan prodi, jumlah pemilih prodi di Unesa tahun ini mencapai 66.673 peserta. Angka ini juga naik dari tahun sebelumnya yang berada di angka 55.848 peserta. Terjadi kenaikan sekitar 10.825 peserta. Tingginya jumlah pendaftar tersebut membuat tingkat persaingan masuk Unesa semakin kompetitif. Untuk itulah, Sukarmin mengimbau kepada peserta untuk mempersiapkan diri jauh-jauh hari dengan sebaik-baiknya. Peserta harus mempelajari dan mengidentifikasi materi tes UTBK yang terdiri dari dua aspek. Pertama, tes potensi skolastik yang di dalamnya terdapat komponen tes penalaran umum, pengetahuan dan pemahaman umum, pemahaman bacaan-menulis, dan pengetahuan kuantitatif. Kedua, tes literasi yang terdiri dari literasi dalam bahasa Indonesia, literasi dalam bahasa Inggris, dan penalaran matematika. “Luangkan waktu untuk belajar setiap hari, identifikasi jenis materi tesnya apa saja, bentuk dan jenis kemampuan yang dites apa saja. Ikuti simulasi, dan terus latihan menjawab soal terkait. Jangan lupa tetap jaga kesehatan, dan berdoa,” pesan Sukarmin. Terkait kenaikan jumlah pendaftar, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu menuturkan bahwa itu tidak lepas dari beberapa faktor seperti semakin tingginya minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi tinggi. Hal itu juga didukung dengan kepercayaan masyarakat atau orang tua untuk menguliahkan anak-anaknya di kampus berjuluk ‘Rumah Para Juara.’ “Kepercayaan ini tentu melekat dengan reputasi Unesa sebagai salah satu PTN-BH terkemuka di Indonesia. Reputasi ini ditopang oleh mutu pelaksanaan tridarma perguruan tinggi dan ekosistem akademik, riset, dan inovasi Unesa,” bebernya. Sebaran alumni di berbagai bidang dan sektor, serta masifnya promosi yang dilakukan di berbagai daerah, kota dan kabupaten semakin memperkuat reputasi Unesa di masyarakat. Berbagai terobosan melalui kehadiran fakultas dan prodi baru, kualitas layanan yang ramah bagi disabilitas, hingga inovasi dan prestasi civitas-lembaga juga menjadi daya tarik bagi Unesa di mata lulusan, guru, dan sekolah menengah atas. “Kepercayaan masyarakat ini menjadi semangat bagi Unesa untuk terus meningkatkan kualitas pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, mutu lulusan, termasuk untuk terus adaptif, inovatif, dan berprestasi,” kata Sukarmin. [Tim Humas Unesa] https://www.unesa.ac.id/pendaftar-unesa-jalur-utbk-snbt-2025-meningkat-peserta-diimbau-mempersiapkan-diri-jauh-jauh-hariSat, 05 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-05-04-2025-09-54-35-5595.pnghttps://www.unesa.ac.id/pendaftar-unesa-jalur-utbk-snbt-2025-meningkat-peserta-diimbau-mempersiapkan-diri-jauh-jauh-hariBerita Unesa5157817Berprestasi Sejak SD, Yuyun Maemunah Lolos SNBP di Unesa pada Usia 15 Tahun (Paling Muda) Unesa.ac.id. SURABAYA—Yuyun Maemunah merupakan calon mahasiswa baru termuda Universitas Negeri Surabaya (Unesa) jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025. Ia diterima di kampus bemoto ‘Growing with Character’ pada usia 15 tahun, 5 bulan, 29 hari (per 5 April). Perempuan kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 7 Oktober 2009 itu berhasil tembus prodi S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unesa. “Awalnya, saya gak nyangka bisa diterima di Unesa. Saat cek pengumuman sama teman-teman rasanya campur aduk dan alhamdulillah lolos,” ujar lulusan SMAS Kae Woha itu. Anak tunggal dari pasangan Najamuddin dan Sarinah itu sempat merasa ragu untuk merantau ke Kota Pahlawan. Namun, dukungan orang tua meyakinkannya bahwa keputusan merantau adalah bagian dari perjuangan. “Awalnya ragu karena tidak mengenal orang daerah saya di Surabaya. Tapi orang tua meyakinkan bahwa saya harus ke sana untuk belajar. Hal tersebut membuat saya lebih tenang dan percaya diri,” ungkapnya. Yusun menceritakan perjalanannya bisa menjadi camaba termuda Unesa. Hal itu tidak lepas dari awal masuk sekolah dasar yang terbilang cepat. Ia masuk sekolah pada usia lima tahun. Kendati terlalu cepat, Yuyun menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu mendapatkan peringkat di kelasnya. Ia terus berprestasi hingga di tingkat sekolah menengah atas. Ia mengakui bahwa pencapaian tersebut bukanlah sesuatu yang instan, melainkan hasil dari didikan orang tua, disiplin belajar, dan konsistensi. “Sejak kecil, saya sudah terbiasa belajar secara teratur. Saya selalu berusaha memahami setiap pelajaran dengan baik, bukan hanya menghafal, tetapi juga memahami konsepnya,” ujarnya. Untuk menjaga prestasinya, Yuyun menerapkan berbagai strategi belajar. Pertama, menjaga motivasi dengan menetapkan tujuan yang jelas dan menentukan target masa depan. Kedua, ia memanfaatkan waktu secara efektif dengan mengatur jadwal belajar yang teratur, menentukan prioritas tugas, serta menghindari kebiasaan menunda belajar dan mengerjakan tugas. Ketiga, ia menerapkan metode belajar aktif dengan selalu bertanya di kelas, berdiskusi dengan teman, serta mengerjakan tugas tambahan guna memperdalam pemahaman materi. “Orang tua saya selalu menanamkan nilai bahwa pendidikan adalah bekal untuk masa depan. Mereka mendukung saya dalam segala hal, baik dalam belajar maupun dalam mempersiapkan diri untuk kuliah,” imbuhnya. Ia membeberkan alasannya memilih Prodi PPKn di Unesa. Baginya, pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi muda yang berwawasan kebangsaan dan menjunjung nilai-nilai demokrasi. “Saya ingin menjadi guru PPKn, karena saya ingin ikut serta dalam mencetak generasi yang memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara,” tuturnya.[*] *** Reporter: Mochammad Ja’far Sodiq (FIP) Editor: @zam* Foto: Yuyun Maemunahhttps://www.unesa.ac.id/berprestasi-sejak-sd-yuyun-maemunah-lolos-snbp-di-unesa-pada-usia-15-tahun-paling-mudaFri, 04 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-05-04-2025-09-52-42-843.pnghttps://www.unesa.ac.id/berprestasi-sejak-sd-yuyun-maemunah-lolos-snbp-di-unesa-pada-usia-15-tahun-paling-mudaBerita Unesa4057816Alphabet Wooden Book Bilingual, Inovasi Permainan Edukatif yang Mempercepat Anak Menguasai Skill Berbahasa Unesa.ac.id. SURABAYA—Tim dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) merancang media pembelajaran interaktif yang memudahkan orang tua dan guru dalam mengenalkan alfabet dua bahasa yaitu Indonesia dan Inggris kepada anak. Inovasi yang dimaksud adalah Alphabet Wooden Book Bilingual, yang dikemas dalam bentuk permainan untuk anak usia 2-5 tahun. Karya tersebut lahir dari tangan Winarno (dosen Seni Rupa), Hendro Aryanto (dosen Desain Komunikasi Visual), dan Nanda Nini Anggalih (dosen Desain Grafis). Mereka bekerja sama dengan PT Gunung Mas Sumanco (Riang Toys). Winarno mengatakan, Alphabet Wooden Book Bilingual merupakan media atau permainan dalam bentuk buku kayu edukatif yang mengajarkan alfabet dalam dua bahasa. Media ini tidak hanya memperkenalkan huruf, tetapi juga membantu anak-anak melatih motorik halus mereka. Menurutnya, pengenalan alfabet bilingual sejak dini penting dilakukan untuk meningkatkan keterampilan bahasa anak. “Dengan metode yang interaktif, kami ingin anak-anak bisa lebih mudah memahami dan menikmati proses belajarnya,” ujarnya. Berbahan Kayu Buku yang tersedia di sekolah selama ini, cenderung kurang menarik bagi anak-anak. Tampilan yang monoton membuat mereka mudah bosan dan kurang termotivasi untuk belajar. Untuk itulah, Alphabet Wooden Book Bilingual ini hadir sebagai solusi dengan pendekatan visual yang menarik dan material kayu ringan yang aman untuk anak. “Buku ini didesain dengan ilustrasi menarik dan kosakata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga anak lebih mudah mengingat dan memahaminya,” beber dosen Seni Rupa Unesa itu. Inovasi yang menggabungkan buku edukatif dengan material kayu ini termasuk jarang di Indonesia, terutama yang bilingual. Kosakata dipilih berdasarkan kata-kata yang memiliki kesamaan pelafalan dan makna dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Selain bisa belajar mengenali huruf, anak juga bisa memahami objek di sekitar mereka melalui ilustrasi yang disediakan. Mereka dapat mencocokkan huruf dengan gambar untuk membentuk kata yang sesuai, menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Selain itu, media ini dilengkapi elemen tiga dimensi berupa huruf-huruf alfabet yang terbuat dari kayu, sehingga anak dapat mengenali bentuk huruf secara langsung. Hal ini akan meningkatkan daya ingat mereka terhadap bentuk huruf dan kosakata. Kategori Permainan Media pembelajaran ini memiliki kategori permainan berdasarkan usia anak. Pertama, anak usia 2 tahun yaitu bermain dengan mencocokkan bentuk dan warna. Kedua, anak usia 3 tahun yaitu bermain mengenali huruf. Ketiga, anak usia 4 tahun bermain untuk melatih menulis huruf. Keempat, anak usia 5 tahun bermain mengenali dan memahami kosakata dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Produk yang mendapat respons positif dari masyarakat, terutama dari para guru dan orang tua ini tidak hanya membantu meningkatkan minat baca anak, tetapi juga mempercepat proses pembelajaran bilingual secara alami. Selain itu, media ini dirancang untuk dapat digunakan oleh anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga inklusivitas pendidikan tetap terjaga. Winarno berharap inovasi ini dapat terus berkembang dan dikembangkan lebih lanjut, termasuk dalam konsep berhitung tiga dimensi. “Kami ingin produk ini menjadi formula efektif dalam pembelajaran bilingual untuk anak usia dini, sekaligus menjadi kebanggaan sebagai media pembelajaran buatan anak bangsa,” pungkasnya.[*] *** Reporter: Mochammad Ja’far Sodiq (FIP)/Hasna Editor: Basyir, dan @zam* Foto: Dok Tim Alphabet Wooden Book Bilingualhttps://www.unesa.ac.id/alphabet-wooden-book-bilingual-inovasi-permainan-edukatif-yang-mempercepat-anak-menguasai-skill-berbahasaThu, 03 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-04-04-2025-04-55-07-3045.pnghttps://www.unesa.ac.id/alphabet-wooden-book-bilingual-inovasi-permainan-edukatif-yang-mempercepat-anak-menguasai-skill-berbahasaProduk Inovasi1407815Pengalaman Mahasiswa Unesa Jalani Program Internasional di ‘Negeri Gingseng’ dan ‘Negeri Lumbung Padi’ Unesa.ac.id. SURABAYA—Menjalani program pertukaran pelajar internasional adalah impian banyak mahasiswa. Kesempatan ini tidak hanya membuka wawasan global, tetapi juga memperkuat kompetensi akademik dan jejaring internasional. Gita Ayu Permatasari, mahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)merupakan salah satu dari mahasiswa Unesa yang mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri melalui program UGMA (Unesa Global Mobility Award) di Korea Selatan dan SEA Teacher di Filipina. Siapa sangka, ketertarikannya terhadap K-Pop dan drama Korea yang secara tidak langsung membuatnya bisa meraih kesempatan belajar di Saekyung University, Yeongwol, Korea Selatan. “Sejak kecil, saya selalu bermimpi untuk pergi ke luar negeri. Ketertarikan saya pada So Nyeo Shi Dae (SNSD) dan Super Junior membuat saya semakin ingin menjelajahi dunia dan mengenal budaya Korea,” ujarnya. Dari situlah, ia mulai mencari peluang hingga akhirnya mengetahui program UGMA melalui sosial media official Unesa. Ia mempersiapkan diri dan mengikuti seleksi ketat dan berhasil lolos mengikuti program tersebut. Selama di sana, ia merasakan budaya akademik yang berbeda. Sistem belajar di sana ternyata menerapkan jam istirahat setiap 50 menit pembelajaran. Sistem itu menurutnya lebih efektif, karena membuat mahasiswa tetap fokus tanpa jenuh. Selain belajar di kelas, mahasiswi angkatan 2021 ini juga mengikuti berbagai program lain seperti kursus bahasa Korea, taekwondo, fotografi, hingga pelatihan CPR di pemadam kebakaran. “Paling berkesan ketika saya berkesempatan menghadiri pertemuan dengan wali kota setempat dan melakukan rafting di Sungai Dong bersama mahasiswa internasional lainnya,” ceritanya. Jadi Guru di Filipina Setelah menyelesaikan programnya di Korea, Gita tidak berpuas diri atas apa yang didapatkannya, ia pun melanjutkan pengalamannya melalui program SEA Teacher di Filipina pada semester 7, sebuah program pertukaran mahasiswa yang mengembangkan kemampuan untuk menjadi pengajar di lembaga pendidikan. Di Filipina, Gita ditempatkan di Basic Education School, University of Saint Louis, di mana ia mengajar kelas 7 dan 10. Ia menceritakan sistem pendidikan di sana yang cukup berbeda dengan di Indonesia. Di sana, bahasa inggris menjadi bahasa pengantar utama, dan pembelajaran lebih menekankan pada pemahaman sastra. “Mereka tidak hanya belajar sastra Inggris, tetapi juga mengeksplorasi Roman Literature dan Greek Mythology. Pendekatan ini berbeda dengan di Indonesia yang lebih berfokus pada tata bahasa dan peningkatan keterampilan berkomunikasi,” ucapnya. Sebagai seorang SEA Teacher, Gita harus menyiapkan lesson plan, menjalankan evaluasi mengajar mingguan, dan menyesuaikan metode pengajaran dengan karakter siswa. “Setelah mengajar, saya langsung mendapat sesi evaluasi individu, dan setiap minggu diadakan evaluasi bersama dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini, membantu saya dalam mencari kelemahan dalam mengajar saya,” terangnya. Lanjut ke Selandia Baru Dari pengalamannya mengikuti program internasional tersebut, Gita melihat perbedaan signifikan antara sistem pendidikan di Korea Selatan dan Filipina. Di Korea Selatan pendidikan lebih fokus pada persiapan ujian masuk pendidikan yang lebih tinggi, sehingga tekanan akademiknya sangat tinggi yang menuntut para siswa belajar sangat serius. Sementara di Filipina, mereka lebih mengutamakan pengembangan keterampilan dan pembelajaran aktif, sehingga terasa lebih santai tetapi tetap aktif. Gita berharap, pengalamannya tersebut menjadi wawasan berharga dan memotivasinya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. “Saya bercita-cita untuk melanjutkan studi ke luar negeri dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) atau New Zealand Scholarship. Saya ingin ke New Zealand atau Selandia Baru karena sistem pendidikannya yang diakui secara internasional akan kualitasnya,” tandasnya. [*] *** Reporter: Mochammad Ja’far Sodiq (FIP) Editor: @zam* Foto: Dok Gita Ayu Permatasarihttps://www.unesa.ac.id/pengalaman-mahasiswa-unesa-jalani-program-internasional-di-negeri-gingseng-dan-negeri-lumbung-padiThu, 03 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-04-04-2025-04-52-20-7249.pnghttps://www.unesa.ac.id/pengalaman-mahasiswa-unesa-jalani-program-internasional-di-negeri-gingseng-dan-negeri-lumbung-padiBerita Unesa1947814Pakar Unesa Bicara Kesadaran, Stigma, dan Support System di Hari Peduli Autisme Sedunia Unesa.ac.id., SURABAYA–Rabu, 2 April 2025 merupakan Hari Peduli Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day (WAAD). Pada peringatan tahun ini, WAAD mengusung tema “Advancing Neurodiversity and the UN Sustainable development Goals (SDGs).” Tema ini menyoroti keberagaman cara kerja atau perkembangan otak setiap orang. Selain itu, juga menekankan kebijakan dan praktik inklusif dapat mendorong perubahan positif bagi kelompok autisme di seluruh dunia. Menurut guru besar disabilitas Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Budiyanto, WAAD tahun ini harus menjadi momentum untuk memajukan neurodiversitas dan menjadikannya sebagai bagian dari program pembangunan berkelanjutan. “Ini bukan hanya tentang hak individu dengan autisme, tetapi juga tentang bagaimana keberagaman ini dapat berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih inklusif,” ucapnya. Kesadaran dan gerakan ini penting untuk membangun masyarakat yang lebih ramah dan inklusif. Tujuan tersebut perlu didukung dengan pemahaman dan kesadaran bersama dalam menerima kehadiran dan menjamin hak-hak kelompok autisme. Butuh Kesadaran dan Kepekaan Kasubdit Pusat Unggulan Iptek Disabilitas (PUID) Unesa itu mengajak untuk memahami penyandang autisme yang secara umum memiliki sifat tertutup dan hiperaktif. Mereka memiliki hambatan dalam berkomunikasi dan berperilaku. Hambatan ini menuntut kepekaan untuk memahami apa yang mereka butuhkan. Selain itu, autisme menyukai bidang yang tidak banyak berhubungan dengan orang lain, untuk itu memang perlu support system dari lingkungan sekitar. “Berkomunikasi dengan mereka ada caranya. Jika moodnya lagi jelek, bisa difasilitasi dengan apa yang mereka senangi atau sukai. Lalu, setelah moodnya stabil, baru diajak komunikasi. Anak autis jika sudah suka pada sesuatu, mereka akan sangat memperhatikannya,” paparnya. Stigma dan Perlunya Edukasi Dengan hambatan komunikasi dan perilaku yang dimilikinya itu, autism masih harus berhadapan dengan stigma masyarakat. Stigma tersebut masih cukup kuat dan sering kali menghambat mereka untuk mendapatkan kesempatan yang setara. Stigma bisa dalam berbagai bentuk, misalnya banyak yang masih menganggap autisme sebagai suatu penyakit, padahal autisme adalah perbedaan neurologis yang alami. Kelompok autis juga distereotipkan individu dengan kecerdasan rendah, padahal mereka memiliki bakat luar biasa. Selain itu, masih banyak perilaku dan kebijakan yang diskriminatif terhadap kelompok autis. Pun, banyak yang menjadi korban perundungan baik secara langsung di lingkungan mereka maupun di media sosial. Karena berbagai aspek itulah dan pada momentum WAAD inilah, diperlukan upaya berupa edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat, akses pendidikan dan dunia kerja yang inklusi, dan dukungan keluarga dan masyarakat, hingga pemerintah. “Paling utama memang dari keluarga untuk menerima mereka sebagai individu yang spesial. Dukung penuh mereka dengan ikhlas dan ketulusan, karena itu yang akan menentukan bagaimana tumbuh kembang anaknya ke depan,” tukasnya. Kontribusi Unesa Lalu bagaimana peran Unesa? Budiyanto menjelaskan bahwa Unesa memiliki perhatian lebih terhadap kelompok disabilitas, termasuk kelompok dengan spektrum autisme. Berbagi program edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat dilakukan, baik di sekolah maupun langsung di masyarakat. Selain itu, Unesa memiliki Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK), salah satu layanannya yaitu mahasiswa atau anak penyandang autis. Berbagai inovasi pun dihasilkan baik oleh dosen maupun mahasiswa. Sebut saja seperti inovasi papan zona regulasi emosi yang dikembangkan tim peminatan autisme mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) Unesa. Selain itu, juga ada inovasi EMO VR, perangkat berbasisVirtual Reality (VR) ini untuk membantu anak autis mengatasi tantangan dalam komunikasi dan regulasi emosi. [*] *** Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS) Editor: @zam* Foto 1: Freepik.com Foto 2: Tim Humas Unesahttps://www.unesa.ac.id/pakar-unesa-bicara-kesadaran-stigma-dan-support-system-di-hari-peduli-autisme-seduniaWed, 02 Apr 2025https://www.unesa.ac.id/images/foto-02-04-2025-05-55-44-1357.pnghttps://www.unesa.ac.id/pakar-unesa-bicara-kesadaran-stigma-dan-support-system-di-hari-peduli-autisme-seduniaBerita Unesa236